Setiap peristiwa tentu memiliki dampak psikologis yang
berbeda pada setiap orang. Karena setiap orang memiliki ambang stress yang
tentu berbeda. Semakin besar ambang stress yang dimiliki seseorang, maka akan
semakin kuat pula orang tersebut dalam menghadapai dan menjalani berbagai
situasi yang ada dalam hidupnya.
Pendidikan, perhatian lingkungan terdekat, keimanan,
serta pengetahuan dan pengalaman yang didapat seseorang merupakan beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi besar atau kecilnya seseorang dalam mengatur
ambang stressnya. Misalnya antara orang yang baru pertama kali melakukan
perjalanan dengan menggunakan transportasi penerbangan dengan orang yang sudah
beberapa kali melakukannya, pasti memiliki kesan kecemasan yang berbeda. Atau
antara sesama orang-orang yang hendak melakukan perjalanan menuju suatu kota,
namun yang satu menggunakan pesawat dan yang lainnya menggunakan mobil, tentu
akan berbeda tekanan yang dihadapinya masing-masing, sesuai dengan kondisi yang
dipahaminya masing-masing. Maka hal utama yang perlu kita lakukan dalam
mengarungi kehidupan, mau tidak mau maka kita harus meningkatkan menejemen kita
dalam menghadapi tekanan.
Rasa optimis perlu dibangun
Betapa banyak masyarakat yang kita lihat dari sisi
ekonomi, pendidikan dan pergaulan jauh dari kata cukup (bila kita ukur dengan
mengkapitalisasinya hanya dengan nilai harta kekayaan), tetapi mampu melewati
hidup dengan penuh keceriaan dan kebahagaan. Sebaliknya, mereka yang
pendidikannya tinggi, income-nya jauh diatas penghasilan yang didapat dari
kebanyakan orang yang setiap harinya berpanasan dijalan untuk mengais
rejekinya, dan bahkan pergaulannya hingga belahan dunia lainnya, tetapi dalam
hidup tidak pernah merasakan ketenangan dan cenderung bertubi-tubi menghadapi
tekanan.
Dalam satu riwayat pernah diceritakan, bahwa pada masa
khalifah Umar bin Abdul Aziz, pemerintah kebingungan untuk menyalurkan zakat.
Alih-alih antri dan bersedia menerima zakat, masyarakat pada masa itu tetap
mengeluarkan kewajibannya membayar zakat. Lantas apa yang menyebabkannya ?
karena masyarakat menolak untuk menerima zakat, sekalipun mereka masuk dalam
kategori yang berhak menerimanya. Yang ingin disampaikan adalah, masyarakat
termasuk individu-individunya paa saat itu bukannya tidak tahu mereka berhak
menerima zakat atau tidak mengalami tekanan hidup dan tidak membutuhkan apa
yang diberikan dari zakat. Tetapi mereka lebih suka memperolehnya dari hasil
usaha yang telah mereka lakukan, bukan berasal dari apa yang mereka terima
tanpa berusaha.
Oleh karena itu mari kita bersama meningkatkan daya
tahan kita, ambang stress kita, menjemen stress kita untuk menghadapi setiap
tekanan-tekanan yang kita jumpai. Pendidikan dan pelatihan tidak melulu harus
melalui jalur formal. Luangkan waktu, lalu datangi masjid, balai desa atau
forum lainnya yang memberikan pendidikan dan pelatihan yang ada dilingkungan
sekitar kita. Sehingga pengetahuan dan informasi yang kita peroleh menambah
pengetahuan, keterampilan dan kecakapan hidup kita untuk mewarnai
pengalaman-pengalaman hidup yang sudah dilalui. Mungkin saja banyak pengalaman
hidup yang kita lalui, namun karena masih belum tahu bagaimana mewarnainya
dengan warna yang sesuai, sehingga nampak muram dan kusam. Berpikir positif,
berbicara, bertindak dan diam hanya karena Allah Swt., insya Allah setiap
tantangan dan tekanan yang dihadapi dapat dilewati dengan penuh kesyukuran dan
keikhlasan. Ada jalan !
Salam Bahagia
Comments
Post a Comment