Hidup ini penuh dengan tekanan atau stressor. Tidak semua yang kita inginkan sesuai dengan kenyataan yang ada. Banyak orang yang mampu menghadapi berbagai situasi tanpa rasa tertekan. Namun menghadapi tekanan merupakan tantangan untuk dapat melewatinya. Ada diantara kita yang setiap bertemu pada suatu kondisi tertentu, langsung merasakan kejenuhan, rasa tertekan, atau bahkan ada yang berujung pada keputusasaan dan nekat mengakhiri hidupnya (bunuh diri). Setiap peristiwa tentu memiliki dampak psikologis yang berbeda pada setiap orang. Karena setiap orang memiliki ambang stress yang tentu berbeda. Semakin besar ambang stress yang dimiliki seseorang, maka akan semakin kuat pula orang tersebut dalam menghadapai dan menjalani berbagai situasi yang ada dalam hidupnya. Pendidikan, perhatian lingkungan terdekat, keimanan, serta pengetahuan dan pengalaman yang didapat seseorang merupakan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi besar atau kecilnya seseorang dalam mengatur ambang s
“Siapa saja yang menghendaki
kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami memberikan kepada mereka balasan
pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tak akan
dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat kecuali neraka.
Lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah
apa yang telah mereka kerjakan”.
(TQS. Hud [11]: 15)
Ketahuilah saudaraku
“Dunia adalah tempat tinggal bagi orang
yang tidak memiliki tempat tinggal dan tempat berkumpul orang-orang yang tidak
menggunakan akal” (HR. Ahmad dan al-Baihaqi)
Mashar bin Sa’ad menuturkan bahwa Rasulullah saw, bersabda :
“Seandainya harga dunia itu di sisi Allah
sebanding dengan nilai sepotong sayap nyamuk saja, niscaya orang-orang kafir
tidak akan diberi minum seteguk air pun dari dunia ini” (HR. at-Tirmidzi
dan Ibn Majah)
Sementara al-Mustaurad bin Syaddad berkata :
“Saya pernah bersama-sama dengan satu
kafilah. Mereka berhenti bersama-sama dengan rasulullah di hadapan bangkai
seekor anak kambing. Rasul kemudian bertanya, “Bagaimana pendapat kalian
mengenai bangkai yang menjijikan ini ketika dibuang oleh pemiliknya?”, mereka
menjawab, “diantara rasa jijik terhadap bangkai itu adalah dengan membuangnya,
ya Rasulullah ?”, Rasul kemudian bersabda, “sesungguhnya dunia ini lebih
menjijikan di mata Allah dibandingkan dengan jijiknya bangkai anak kambing ini
di mata pemiliknya” (HR. at-Tirmidzi)
Rasulullah saw, pernah bersabda, sebagaimana dituturkan oleh Abdullah bin Umar
(semoga Allah meridhoi keduanya), setelah beliau saw, menepuk-nepuk pundaknya
ra, atau meletakkan tangannya yang mulia di atas bahunya ra, sebagai berikut :
“Jadilah kamu di dunia ini seolah-olah
orang asing atau orang yang sedang menyeberangi jalan” (HR. al-Bukhari,
at_tirmidzi, Ibn Majah, dan Ahmad)
Diriwaytkan oleh Muslim, at-Tirmidzi, Ibn Majah, dan Ahmad,
“Dunia adalah penjara bagi orang mukmin
dan suirga bagi orang kafir”
Maka,
“Bersabarlah kamu bersama-sama dengan
orang-orang yang menyeru Tuhannya dipagi dan senja hari dengan mengharap
keridhaan-Nya; janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena)
mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini;dan janganlah kamu mengikuti orang
yang hatinya telah Kami lalikan dari mengingat Kami serta menuruti hawa
nafsunya. Keadaan itu melewati batas” (TQS. Al-Kahfi[18]: 28)
Ingatlah perkataan Tsauban yang menuturkan bahwa Rasulullah saw., bersabda :
“kelak, berbagai bangsa akan
memperebutkan kalian persis seperti orang-oran yang rakus memperebutkan
makanan.” Seseorang kemudian bertanya, Apakah karena saat itu kami berjumlah
sedikit ?, Rasul menjawab, “bahkan jumlah kalian saat itu sangat banyak. Akan
tetapi, kalian saat itu tidak lebih daripada buih seperti buih air bah. Allah
kemudian mencabut rasa takut dari dada musuh-musuh kalian itu terhadap kalian
dan sebaliknya menanamkan ke dalam kalbu-kalbu kalian al wahn!” seseorang
bertanya lagi, “ya Rasulullah, apa yang dimaksud al wahn itu ? Rasul menjawab,
“yaitu cinta dunia dan takut mati” (HR. Abu Dawud)
Dalam riwayat Ahmad menggunakan ungkapan demikian :
“kalian pada saat itu berjumlah banyak.
Akan tetapi, di dalam kalbu-kalbu kalian bersemayam al-wahn!” para sahabat
bertanya,” apakah al Wahn itu, ya Rasulullah ? Rasulullah saw., menjawab,
“yaitu kecintaan kalian terhadap dunia dan rasa takut kalian untuk berperang” (HR.
Ahmad)
Saudaraku , bukankah Allah SWT., telah memerintahkan kepada kita !
“carilah pada apa yang telah
dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat; janganlah kamu
melupakan bahagianmu dari kenikmatan duniawi; berbuat baiklah (kepada orang
lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu; dan janganlah kamu berbuat
kerusakan di(muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan” (TQS. Al-Qashshash [28]: 77)
ketika
waktu terasa singkat
tak
terasa banyak hal yang t'lah terlewat
disadari atau tidak disadari
pastilah ada yang tersesali
walau
itu hanya sekali
berdialog dengan diri
itulah langkah yang mesti
kalau
tak ingin segera mati
berkompetisi dengan penuh kesadaran
bukanlah alternatif pilihan
melainkan
sebuah keharusan
karena
hidup seluruhnya tantangan
lawan
yang besar dan tak mudah ditaklukan
sebisa
mungkin harus ditundukan
namun
kadang ia terpelihara penuh kemanjaan
ketika
waktu membisu
tak
terasa semua telah berlalu
orang
jahat menikam orang baik
karena
jiwa hanya menjadi budak
dengan
raga sebagai bidak
hilanglah
kosakata bijak.
apakah
kesadaran akan mudah datang
di
waktu yang makin singkat
yang terus berlalu
berlalu
dan berlalu
Sungguh kebanyakan dari kaum muslim saat ini
benar-benar telah begitu mencintai dunia. Banyak saudara kita, atau bahkan diri
kita terkadang telah atau sering kali dibutakan oleh hawa nafsunya, sehingga
tidak lagi bersikap teguh dan terikat dengan hukum (syariat) allah. Akibatnya,
Allah jadikan umat islam, kaum muslim, dikuasai oleh orang-orang kafir baik
Nasrani, Yahudi maupun lainnya.
Karena itu, sebagai
kaum muslim, kita harus berhati-hati dan waspada terhadap kehidupan dunia dan
upaya menikmati dunia, sehingga dapat sesuai dengan Syariat allah, serta
berorientasi pada kehidupan akhirat. Sehingga kita tergolong kedalam
orang-orang yang didekatkan kepada Allah (as-sabiqun
al-Muqarrabun) sebagaimana orang-orang terdahulu. Amiin.
Comments
Post a Comment