Baca juga : 1924 - Soldiers Of Allah
Beberapa artikel berita dari tahun 1924-1931 di-reproduksi ulang
atas izin arsip Time Magazines. Tentu saja apa yang
diberitakan oleh Times Magazine tidak lepas dari berbagai
subyektifitas seperti pandangan Barat yang cenderung negatif terhadap syariah
Islam. Namun, berita ini membuktikan kepada kita bahwa 'Khilafah itu
memang ada hingga abad ke-20' dan jelas-jelas disebut sebagai Calif.
Berikut beritanya (redaksi):
Calif Out
TIME Magazine
Monday, Mar. 17, 1924
At Angora, capital of Turkey, the Grand National Assembly passed a bill
providing for the deposal of the Calif, Abdul Medjid Effendi, and the abolition
of the Califate.
At Constantinople, Vali (Governor) Dr. Adran Bey, went to the Dolma Baghche
Palace, home of the Calif. He there demanded to see the Calif in the Throne
Room. When the Calif arrived, the Vali ordered him to ascend the throne, read
the decision of the Grand National Assembly to him, ordered him to descend the
throne and pack his things……(etc)
Khalifah Pergi
Majalah TIME
Senin, 17 Maret 1924
Angora, Ibukota Turki, Majelis Tinggi Nasional mengesahkan undang-undang
yang memberikan wewenang untuk memecat Khalifah Abdul Madjid Effendi, dan juga
penghapusan institusi Khilafah.
Di Konstantinopel, Wali Dr. Adrian Bey pergi ke Istana Dolma Baghche, dimana
khalifah tinggal. Dia kemudian berkeinginan melihat Khalifah berada pada
singgasananya.
Ketika Khalifah datang, dia memerintahkan sang Khalifah untuk turun dari
singgasananya itu, kemudian membacakan keputusan dari Majelis Tinggi Nasional,
lalu memerintahkannya untuk turun dan mengepak barang-barangnya. Satu jam
kemudian, khalifah terguling, istri, anak perempuannya, dan dua orang hamba
sahayanya bersama sekretaris pribadinya meninggalkan negeri itu untuk pergi ke
Swiss. Setelah memeriksa surat-suratnya, pemerintah Swiss kemudian memberikan
izin untuk tinggal disana, asal saja dia berjanji untuk tidak melakukan apapun
yang akan mempermalukan Swiss. Mantan Khalifah itu diharapkan untuk pergi ke
Perancis.
Selain yang berada di Turki, kaum muslim dunia ada di Afrika, Arab, Persia,
Russia, Afghanistan, India dan China. Sebenarnya sekitar 95% dari 220 juta kaum
muslim tinggal di luar Turki. Khilafah yang muncul pada tahun 632 H setelah
kematian nabi Muhammad, adalah badan tertinggi dalam agama Islam.
Dalam beberapa hal, walaupun tidak bisa dibandingkan, Khilafah menempati
posisi yang sama sebagaimana Vatican. Khalifah adalah pemimpin agama tertinggi
dalam agama umat Muhammad. Minggu lalu pertanyaan mengenai usaha untuk
mendirikan Kekhalifahan yang baru menyebar di seantero Dunia Islam. Raja Mesir,
Sultan Maroko, Aga Khan dari Bombay, India, semuanya berharap agar dapat
dipilih.
Orang yang paling menuntut atas posisi Khalifah adalah Raja Hussein dari
Hejaz. Orang Arab yang ada di Mesopetamia, Transjordania dan Hedjaz menyatakan
Raja Hussein sebagai khalifah, sebuah title yang disenangi sang raja. Dalam
beberapa waktu, orang Arab telah melakukan agitasi agar Raja Hussein menjadikan
dia sebagai Khalifah, dengan begitu menunjukkan ketidak sukaanya pada kondisi-kondisi
dimana Kaum Nasionalis Turki mengepung Khalifah.
Tentu saja tidak ada negara muslim lain yang akan mengakui Raja Hussein
sebagai pemimpin kaum muslim. Namun demikian, dia adalah orang yang paling
pantas dibandingkan dengan kebanyakan calon-calon lain, karena dalam dirinya
mengalir darah Qureish, suku asal nabi Muhammad; menurut Islam Sunni hal ini
adalah suatu yang harus dipenuhi oleh seorang Khalifah.
Dan lagi pula, kota-kota suci Mekkah dan Madinah (dimana kota yang pertama
adalah tempat kelahiran nabi, dan kota kedua adalah kota dimana beliau wafat)
keduanya adalah dalam wilayah Hejaz. Adalah tepat yang dikatakan oleh The
Times London, mengenai pemberhentian Khalifah:
”Dari semua perubahan-perubahan yang terjadi dengan cepat, kejatuhan Harbsburg,
Romanoffs dan Hohenzollers, kebangkitan kembali negara-negara kuno dan
kebangkitan Amerika yang sebelumnya tidak dikenal, evolusi bentuk-bentuk baru
pemerintahan dan munculnya ide-ide baru dan perasaan baru diantara umat
manusia, tidak ada satu perubahanpun yang lebih sensasional bagi imajinasi kita
selain hal ini; dan hanya sedikit, barangkali, yang akan menunjukkan hal yang
demikian penting pada hasil-hasil akhirnya.”
Setelah mengusir Sultan Muhammad VI tahun 1922, Pemerintah Angora memilih
Abdul Madjid sebagai khalifah. Tapi pemerintah itu sudah mengusirnya. Arti dari
persetujuan atas perubahan yang tiba-tiba ini adalah seperti dikatakan bahwa
Khalifah menunjukkan dirinya tidak lagi bersikap lunak kepada pemerintah;
karena itu dia harus keluar.
"Jika saya tidak menerima hal ini maka saya akan gagal dalam tugas
saya dan msyarakat saya akan berbalik melawan saya. Orang Arab di Hejaz,
Transjordania dan Palestina telah menyatakan diri saya sebagai seorang
Khalifah. Saya tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh bagian Dunia Islam yang
lainnya. Saya mendengar isu bahwa Raja Mesir atau Amir dari Afghanistan atau
Sultan Maroko mungkin menyatakan diri mereka sebagai khalifah. Posisi saya
kritis.”
Di Afghanistan kaum muslim di sana tidak senang dengan parlemen Turki
maupun khilafah yang merupakan anak asuh Inggris seperti yang dilaporkan dari
London. Pemerintah Inggris telah menginformasikan secara pribadi bahwa
70,000,000 kaum muslim India menolak menerima Raja Hussein. Penolakkan ini
melemahkan karena hal ini akan membawa ancaman bahwa seandainya Hussein
didukung oleh Inggris, kaum muslim India akan mendukung calon dari Amir
Afghanistan, yang semakin anti Inggris.
Wanted: a Calif
TIME Magazine
Monday, May. 31, 1926
The potent representatives of Islam who assembled at Cairo (TIME, May 24)
to select a new Calif, disbanded last week after irreconcilable rivalries had
kept the Califate Congress in an uproar almost from its inception.
The Conference’s most notable act was to adopt a resolution stressing the
fact that when a new Calif should be appointed he must be a free sovereign
capable of defending Islam. Since the two other traditional qualifications for
a Calif—descent from Mohammed and possession of the Holy Cities of Mecca and
Medina—were not mentioned, it was inferred that these latter qualifications may
be explicitly waived at a later date….. (etc)
Dicari : Seorang Khalifah
Majalah TIME
Senin, 31 Mei 1926
Perwakilan-perwakilan potensial dari kaum muslim yang berkumpul di Kairo
(TIME, 24 Mei) untuk memilih seorang Khalifah baru dibubarkan minggu kemarin
setelah perseteruan yang tak dapat didamaikan membuat Konggres Khalifah
berakhir dengan kegaduhan dari sejak awalnya.
Tindakan konferensi yang paling utama adalah untuk mengadopsi sebuah
resolusi yang menekankan pada kenyataan bahwa jika seorang Khalifah baru akan
dipilih maka dia haruslah orang yang bebas berdaulat sehingga mampu membela
Islam. Karena dua syarat lainnya adalah seorang keturunan dari Nabi Muhammad
dan berkuasa atas dua kota suci Mekkah dan Madinah tidak disebutkan, maka dapat
disimpulkan dua syarat itu akan disebutkan kemudian.
Sebuah resolusi yang penting mencatat pendapat bahwa “seorang
Khalifah dapat memperoleh posisi itu melalui penaklukan, sepanjang dia adalah
seorang muslim.”
Ringkasnya, Islam akan menantang seorang muslim yang menyerahkan diri
kepada musuh untuk tunduk dan menyatakan dirinya khalifah – penguasa kaum
muslim secara temporal dan spiritual. Apa yang disebut sebagai “Khalifah
terakhir yang sejati”, seorang Sultan Turki yang digulingkan, Muhammed IV,
wafat baru-baru ini di Italia.
Caliph’s Beauteous Daughter
TIME Magazine
Monday, Nov. 09, 1931
If there were an ex-Pope, if he had a beauteous daughter, if she became
secretly engaged to the eldest son of “The Richest Man in the World,” then
Catholics would be as excited as Moslems were last week.
In a sun-drenched Riviera villa, high above champagne-soused Nice, lives the
ex-Caliph of Islam who has no successor. Deposed and physically ousted from
Turkey in 1924 by agnostic President Mustafa Kemal, Caliph Abdul Medjid Effendi
is still to millions of Moslems “Commander of the Faithful” and “Viceregent of
Allah.”……(etc)
Anak Perempuan Khalifah yang Cantik
Majalah TIME
Senin, 9 November 1931
Seandainya ada mantan-Paus, seandainya dia memiliki saudara perempuan yang
cantik, dan seandainya saudara perempuannya itu memiliki hubungan dengan anak
laki tertua dari “Orang Terkaya di Dunia” maka orang Katolik akan merasa senang
seperti senangnya orang muslim pada minggu lalu.
Di Vila Riviera yang penuh dengan cahaya matahari, yang terletak
di ketinggian kota Nice, tinggal seorang mantan Khalifah Islam yang tidak
memiliki pelanjut. Setelah diberhentikan dan diusir dari Turki tahun 1924 oleh
Presiden Mustafa Kamal, Khalifah Abdul Madjid Effendi bagi jutaan kaum muslim
masih merupakan seorang “Panglima kaum beriman” dan
merupakan “Wakil Allah”.
Ongkos perawatan atas villa Khalifah yang besar (seukuran istana dan penuh
dengan perhiasan) dibiayai oleh seorang Islam yang kaya dan saleh, khususnya
oleh Yang Mulia Nizam dari Hyderabad, raja India yang terkaya, yang seringkali
disebut sebagai “Orang Terkaya di Dunia”.
Minggu lalu di kota Nice “pertunangan rahasia” antara anak laki-laki Nizam,
Sahib Zada Nawah Azam, dan anak perempuan khalifah yang cantik, Durri Chehvar
diungkapkan. Jika rahasia itu diketahui oleh 200,000,000 kaum muslim maka itu
bukan lagi rahasia, melainkan sebuah fakta yang jelas. Para pengamat mencurigai
bahwa itu adalah tipu muslihat Yang Mulia Nizam.
Menurut Quran, Khalifah Islam hendaklah seorang penguasa temporer. Kaum
muslim Palestina telah mencoba selama bertahun-tahun, dan masih mencobanya
minggu lalu, untuk mengangkat Khalifah terguling di Jerusalem sebagai
“penguasa” atas sebidang tanah yang kurang lebih sebesar Negara Paus.
Di London, rencana ini didorong oleh Shankat Ali, perwakilan Delegasi
Muslim pada Konperensi Meja Bundar India. Tapi orang Kristen Inggris, yang
menguasai Jerusalem, enggan untuk menjadikan “Kota Suci” Yahudi
dan Jerusalem sebagai tempat Khalifah Islam. Apa yang harus dilakukan?
Bertahun-tahun yang lalu, Nizam yang berkuasa di Hyderabad mencoba menjadikan
dirinya seorang Khalifah yang diakui. Bagi kaum muslim yang soleh, ambisinya
itu mengejutkan. Mereka mendiamkannya. Tapi “pertunangan rahasia” antara anak
perempuan Khalifah dengan pewaris Nizam pada minggu lalu membuat banyak kaum
muslim berbahagia. Seandainya kedua anak muda itu menikah dan memiliki anak
lelaki, dia akan memiliki garis keturunan yang temporal dan spiritual. Dia akan
dinyatakan “Khalifah Sejati”.
Di Nice, mantan Khalifah Abdul Madjid, walaupun dia menjadikan pertunangan
itu untuk mengetes opini publik, berusaha untuk tidak membuyarkan pencalonannya
di Jerusalem minggu lalu. Sekretarisnya Hussein Nakib Bey, yang memakai kaca
mata tunggal, menyatakan : “Tuanku, Yang Mulia Khalifah Abdul Madjid
Effendi, tetap berhubungan terus dengan Imam Besar Jerusalem.”
Di Jerusalem, para wartawan mengejar Imam Besar untuk mengeluarkan
pernyataan yang tersamar, “Pertanyaan atas pendirian kembali Khilafah
tidak akan diputuskan pada Konggres Kaum Muslim di Jerusalem Desember nanti.” kata
Mufti sambil mengelak, “tapi jika tidak ada khalifah yang dipilih oleh
Konggres, kami akan menangani pertanyaan ini secara abstrak.”
Di London, Kedubes Turki mengungkapkan bahwa Pemerintah Turki meminta
pemerintah Inggris dua minggu yang lalu untuk tidak mengizinkan pemulihan
Kekhalifahan dimanapun di Imperium itu, khususnya tidak di Jerusalem. Turki,
yang telah melakukan sesuatu yang sangat baik dengan negara Republik nya yang
pragmatis, mengkhawatirkan munculnya kebangkitan kaum muslim, suatu reaksi dari
Presiden Kamal jika seandainya Khilafah dipulihkan lagi.
Source : Time Magazine Archive
Comments
Post a Comment