Skip to main content

SangOrangAneh XeroserYosZaim

Tingkatkan Manejemen Strees : Hidup menantang, Optimis, Hadapi

Hidup ini penuh dengan tekanan atau stressor. Tidak semua yang kita inginkan  sesuai dengan kenyataan yang ada. Banyak orang yang mampu menghadapi berbagai situasi tanpa rasa tertekan. Namun menghadapi tekanan merupakan  tantangan untuk dapat melewatinya. Ada  diantara kita yang setiap bertemu pada suatu kondisi tertentu, langsung merasakan kejenuhan, rasa tertekan, atau bahkan ada yang berujung pada keputusasaan dan nekat mengakhiri hidupnya (bunuh diri).   Setiap peristiwa tentu memiliki dampak psikologis yang berbeda pada setiap orang. Karena setiap orang memiliki ambang stress yang tentu berbeda. Semakin besar ambang stress yang dimiliki seseorang, maka akan semakin kuat pula orang tersebut dalam menghadapai dan menjalani berbagai situasi yang ada dalam hidupnya.   Pendidikan, perhatian lingkungan terdekat, keimanan, serta pengetahuan dan pengalaman yang didapat seseorang merupakan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi besar atau kecilnya seseorang dalam mengatur ambang s

onetime

Perubahan Masyarakat Dalam Perspektif Islam


Perubahan. Itulah yang dibawa oleh Rasulullah saw.  Beliau diutus dengan membawa   kebenaran untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan Jahiliah menuju cahaya Islam. Perubahan merupakan sunnatullah. Persoalannya, perubahan harus dilakukan, bukan sebatas diinginkan; juga harus mengarah pada penerapan aturan Allah Rabb al-'Alamîn.  Perubahan tanpa dua hal tersebut hanya akan melahirkan dua kemungkinan: perubahan gagal atau perubahan terjadi tetapi justru mengarah pada kehidupan hewani yang membawa kerugian dunia-akhirat. Allah, Zat Yang Maha perkasa menegaskan:                                      


]إِنَّ اللهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ[

Sesungguhnya Allah tidak mengubah apapun yang ada pada diri suatu kaum hingga mereka mengubah apa saja yang ada (QS ar-Ra‘du [13]: 11).



Ishlâh dan Taghyîr

Metode perubahan dalam masyarakat ada dua, yaitu ishlâh (reformasi) dan taghyîr (perubahan mendasar). Taghyîr adalah perubahan mendasar yang mengubah sendi-sendi dasar masyarakat dan negara, yakni pemahaman-pemahaman (mafahim) yang dominan di masyarakat, tolok ukur-tolok ukur (maqayis) yang dipergunakan, maupun keyakinan-keyakinan (qanaat) yang di anutnya. Sedangkan perubahan ishlâhî  adalah perbaikan-perbaikan yang justru menguatkan sistem dan tetap mengokohkan sendi-sendi dasar tersebut. 

Bagi agen-agen perubahan berideologi Islam, perubahan ishlâhî akan dia lakukan dengan amar makruf nahi munkar terhadap para penguasa (ulil amri) yang memerintah negara yang sudah berlandaskan pada syariat Islam namun dalam implementasi hukum dan perundang-undangannya ada kesalahan-kesalahan. Dalam masyarakat seperti ini, proses perubahan yang dilakukan  hanya bersifat menutupi kekurangan yang ada, bukan mengganti secara total asasnya, karena asasnya tidak salah.

Namun, terhadap realitas sekarang yang rusak di negeri-negeri Islam sebagai akibat terkungkung oleh sistem sekular dan ide-ide Barat yang rusak lagi sesat yang sengaja penuh rekayasa dihembuskan dan dipropagandakan secara besar-besaran oleh para penguasa kafir atau para kaki tangan penjajah kafir Barat, yang telah menjadikan tatanan negara terlepas dari akidah dan syariah Islam, maka perubahan mendasar (taghyîr) menjadi keharusan yang tak bisa ditawar lagi. Maka bangkitnya umat Islam dengan azas Islam sekaligus membuang semua pemikiran, ide, konsep selain Islam  yang akan dapat terlaksana dengan melenyapkan sistem kufur dan menegakkan Khilafah yang menerapkan hukum yang sesuai dengan apa yang diturunkan oleh Allah, menyatukan umat Islam dan negeri-negeri Islam  dengan kepemimpinan seorang khalifah di bawah panji Lâ ilâha illâ Allâh Muhammad Rasûlullâh, dan mengemban risalah Islam ke seluruh dunia merupakan target perubahan yang dilakukan.


Kunci-Kunci Penting Taghyîr dan Upaya Mewujudkannya


Taghyîr akan dapat terlaksana dengan baik jika mengikuti metode (tharîqah) Rasul. Sebab, Rasulullah saw. adalah teladan yang baik, yang seluruh tindakannya wajib diikuti, apalagi dalam konteks perubahan, Beliau saw. telah terbukti berhasil melakukan perubahan (taghyîr) dengan gilang gemilang. Allah Swt. berfirman:

]لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ[


Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagi kalian.  
(QS al-Ahzab [33]: 21).


]قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللهَ فَاتَّبِعُونِي[

Katakanlah, “Jika kalian benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” (QS Ali Imran [3]: 31).


Masih banyak lagi ayat lain yang menunjukkan wajibnya mengikuti perjalanan Rasul, menerima tasyrî‘-nya, dan menjadikan beliau sebagai suri teladan.
Jika kita mengelaborasi nash-nash yang ada maka akan kita temui kunci-kunci dakwah Rasul dalam melaksanakan aktivitas taghyîr, yaitu; (1) kaderisasi yang matang melalui tatsqîf murakazzah (pembinaan intensif) maupun tarsqîf jama‘î (pembinaan umum); (2) melakukan aktivitas ash-shirâ‘ al-fikrî (pergulatan pemikiran) dan al-kifâh as-siyasî (perjuangan politik); (3) aktivitas thalab an-nushrah (mencari dukungan) dari ahlul quwwah (orang-orang atau kelompok yang mempunyai kekuatan yang nyata) bagi dakwah Islam.
Kunci pertama, yaitu upaya kaderisasi melalui tasqîf murakkaz dan tasqîf jama‘i. Tasqîf murakkaz dapat dilakukan melalui kontak langsung dengan anggota masyarakat serta menyampaikan pemahaman, konsep, dan pemikiran Islam secara menyeluruh. Pembinaannya diatur secara intensif dalam halaqah-halaqah sehingga kader menyatu dengan ide-ide dan hukum-hukum Islam. Selanjutnya, Islam dijadikan sebagai pedoman, kepemimpinan berpikir dan ideologinya. Dari sini, akan terbentuklah kader-kader yang mempunyai kepribadian Islam (memiliki pola pikir [‘aqliyyah] dan pola jiwa [nafsiyyah] islami. Mereka selanjutnya bergerak mengemban dakwah Islam ke tengah-tengah umat. Sedangkan tatsqîf jama‘î dapat dilakukan melalui pengajian-pengajian umum atau ceramah-ceramah di masjid-masjid, atau di balai-balai pertemuan, gedung-gedung dan tempat-tempat umum; juga melalui media massa, buku-buku, dan selebaran-selebaran untuk melahirkan kesadaran umat secara umum sekaligus berinteraksi dengan masyarakat. Semua itu dilakukan dalam rangka mengembangkan dan memperbanyak pendukung, serta melahirkan kepribadian Islam di kalangan para pengikut hingga mereka mampu mengemban dakwah Islam sekaligus mengarungi medan kehidupan dengan pergolakan pemikiran dan perjuangan politik.
Kondisi di atas tampak pada aktivitas Rasul pada awal dakwahnya. Beliau berdakwah melalui individu dan menyampaikan kepada orang-orang (yang ada di Makkah dan sekitarnya) apa yang telah disampaikan Allah kepadanya. Orang-orang yang sudah mengimaninya lalu disatukan dengan kelompok (pengikut Rasul) atas dasar Islam secara sembunyi-sembunyi. Rasulullah saw. berusaha mengajarkan Islam kepada setiap orang baru dan membacakan kepadanya apa saja yang telah diturunkan Allah sehingga mereka berpola hidup secara Islami. Beliau bertemu dengan mereka secara rahasia dan membina/mendidik (mereka) secara rahasia pula di tempat-tempat yang tersembunyi. Selain itu, mereka melaksanakan ibadah secara sembunyi-sembunyi. Sesudah itu, penyebaran Islam makin meluas dan menjadi buah bibir masyarakat (Makkah), dan akhirnya secara berangsur-angsur mereka masuk ke dalam Islam.
Kunci kedua, yaitu aktivitas pergolakan pemikiran dan perjuangan politik. Hal ini ditempuh dengan cara berinteraksi dengan masyarakat secara langsung dan kontinu. Tujuannya adalah menyampaikan Islam kepada umat dan mendorong mereka untuk mengemban Islam serta membentuk kesadaran dan opini masyarakat atas dasar ide-ide dan hukum-hukum Islam. Dengan begitu, mereka diharapkan menjadikan Islam sebagai pemikiran mereka yang akan mendorong mereka untuk mewujudkannya dalam kehidupan.
Pergolakan pemikiran dilakukan dalam rangka menentang kepercayaan/ideologi, aturan, dan pemikiran-pemikiran kufur; menentang segala bentuk akidah yang rusak, pemikiran yang keliru, serta persepsi yang salah dan tersesat. Caranya adalah dengan mengungkapkan kepalsuan, kekeliruan, dan pertentangannya dengan Islam; sekaligus membersihkan umat dari segala bentuk pengaruh dan bekas-bekasnya. Sedangkan perjuangan politik dilakukan dalam rangka menghadapi makar negara-negara kafir imperialis yang menguasai negeri-negeri Islam; menghadapi segala bentuk penjajahan, baik   berupa pemikiran, politik, ekonomi, maupun militer; mengungkapkan taktik dan strategi persekongkolan negara-negara kafir untuk membebaskan umat dari kekuasaan dan pengaruhnya. Perjuangan politik juga dilakukan dengan cara menentang secara terus-menerus para penguasa di negeri-negeri Islam, mengungkapkan kejahatan mereka,  mengadakan nasihat dan kritik buat mereka, sekaligus berusaha mengubah tingkah laku mereka setiap kali mereka memperkosa dan menghilangkan hak-hak umat, tidak melaksanakan kewajibannya terhadap umat, melalaikan salah satu urusan umat, atau setiap kali mereka menyalahi hukum-hukum Islam.
Kondisi di atas tampak dalam perjuangan Rasul tatkala diperintah oleh Allah menyampaikan risalahnya secara terang-terangan. Beliau mulai menyampaikan dakwahnya kepada kelompok-kelompok dan  individu-individu. Beliau menentang orang-orang Quraisy melawan tuhan-tuhan mereka, akidah dan pemikiran mereka; mengungkapkan kepalsuan, kerusakan dan kesalahannya. Rasul kemudian menyeru orang-orang Quraisy di Bukit Shafa dan menyampaikan bahwa sesungguhnya beliau adalah seorang nabi yang diutus oleh Allah, Tuhan pencipta alam semesta ini. Beliau juga meminta agar mereka semua beriman kepada Allah dan Rasul-Nya serta tidak menyekutukan-Nya dengan yang lain.
Beliau menyerang dan mencela setiap akidah dan pemikiran kufur yang ada pada saat itu, sedangkan ayat al-Quran masih turun secara berangsur-angsur. Ayat al-Quran tersebut turun dan menyerang apa saja yang dilakukan orang-orang Quraisy, seperti perbuatan memakan riba, membunuh anak-anak wanita, mengurangi timbangan, dan melakukan perzinaan. Seiring dengan itu, ayat-ayat al-Quran turun mengecam para pemimpin dan tokoh-tokoh Quraisy, mencapnya sebagai orang yang bodoh, termasuk nenek moyang mereka, dan mengungkapkan persekongkolan yang mereka rencanakan untuk menentang Rasul dan sahabat-sahabatnya.
Kunci ketiga, yaitu mengusahakan  dukungan dari ahlul quwwah (orang-orang atau kelompok yang mempunyai kekuatan yang nyata). Dukungan bagi dakwah adalah keniscayaan yang pasti. Sebab, tanpa dukungan, dakwah akan menemui hambatan-hambatan dan deraan yang menyakitkan dari penghalang yang ada, baik individual, kelompok, atau bahkan negara. Dukungan dari ahlul quwwah ini diharapkan menjadi benteng kokoh serta pengayom bagi keberlangsungan dakwah. Secara sunnatullah, kebatilan tidak akan rela melihat kebenaran tumbuh subur, apalagi pada kondisi kebatilan mempunyai kekuatan dan kekuasaan. Dalam kondisi demikian, tentu kebatilan akan menggunakan segala macam cara untuk memberangus kebenaran (Islam). Di sinilah pentingnya nushrah (pertolongan) dari ahlul quwwah.
Lobi-lobi yang dilakukan oleh Rasul tatkala musim haji dengan kabilah-kabilah yang datang ke Makkah adalah upaya Rasul untuk memperoleh dukungan dari ahlul quwwah (pemilik kekuatan yang nyata) untuk melindungi dakwah Islam; termasuk didalamnya tatkala Rasul mendapatkan perlindungan dari kabilahnya, Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthalib tatkala kaum kafir Quraisy gencar melakukan penyiksaan, propaganda dan pemboikotan terhadap dakwah Islam dan para pengembannya. Dari merekalah dakwah Islam kemudian mendapat jaminan keselamatan.
Tatkala kunci-kunci tagyîr ini dilaksanakan secara sempurna maka proses perubahan total masyarakat akan terjadi. Masyarakat yang dulunya jahiliah (tidak menerapkan aturan-aturan Allah) akan berubah menjadi masyarakat yang islami, yaitu masyarakat yang dari pemikiran, aturan, dan perasaannya senantiasa berlandaskan pada aturan-aturan Allah semata serta senantiasa menundukkan  hawa nafsu dan kehendaknya pada syariat Allah. Itulah yang terjadi di Negara Madinah. Di sana, Rasulullah berhasil mengubah masyarakat jahiliah menjadi masyarakat yang berkepribadian Islam berlandaskan syariat Islam.


Wallâhu a‘lam bi ash-shawâb
.
Daftar pustaka :
·        Al Waie No.45, 2004 Hizbut Tahrir
·         Al Waie No.53, 2005 Hizbut Tahrir
·         Annabhani Taqiyuddin, At-Takattul al-Hizbiy, 2001 HTI Press




Comments

Popular posts from this blog

Tingkatkan Manejemen Strees : Hidup menantang, Optimis, Hadapi

Hidup ini penuh dengan tekanan atau stressor. Tidak semua yang kita inginkan  sesuai dengan kenyataan yang ada. Banyak orang yang mampu menghadapi berbagai situasi tanpa rasa tertekan. Namun menghadapi tekanan merupakan  tantangan untuk dapat melewatinya. Ada  diantara kita yang setiap bertemu pada suatu kondisi tertentu, langsung merasakan kejenuhan, rasa tertekan, atau bahkan ada yang berujung pada keputusasaan dan nekat mengakhiri hidupnya (bunuh diri).   Setiap peristiwa tentu memiliki dampak psikologis yang berbeda pada setiap orang. Karena setiap orang memiliki ambang stress yang tentu berbeda. Semakin besar ambang stress yang dimiliki seseorang, maka akan semakin kuat pula orang tersebut dalam menghadapai dan menjalani berbagai situasi yang ada dalam hidupnya.   Pendidikan, perhatian lingkungan terdekat, keimanan, serta pengetahuan dan pengalaman yang didapat seseorang merupakan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi besar atau kecilnya seseorang dalam mengatur ambang s

Enam Buhul Kekuatan Sangkil Menyambut Kejayaan, Ikutan Teyan ?

Mari kita akui dengan jujur, bahwa saat ini umat islam baru mulai menggeliat kembali, setelah kekalahannya, yang ditandai dengan bertumbuhnya negara bangsa yang mengkotak-kotakan umat islam sesuai batas kewilayahan dan diterapkannya aturan yang berbeda-beda di masing-masing negaranya. Namun sebagai individu bagian dari kaum muslimin, apakah kita hanya berpangku tangan dan membiarkan keadaan seperti ini selamanya ? Tidak ! kita harus menyongsong masa depan dengan penuh optimisme. Kita harus meyakini bahwa sunnah-Nya pasti akan berlaku atas izin Allah. Oleh karena itu perlu ada persiapan dan upaya yang dilakukan untuk menyosong kembalinya kejayaan umat islam dengan diterapkannya aturan Allah Swt., sebagaimana sejarah telah mencatatnya. Sesunggunya umat islam telah dibekali petunjuk hidup (way of life) untuk mencapai kejayaan tersebut. Al qur’an sebagai panduan umum telah dilengkapi dengan petunjuk teknis dalam bentuk perbuatan dan ucapan rasulullah saw, serta diamnya sebagai persetujuan

Islamisasi Eropa : Perkembangan Luar Biasa Tanpa Terpaksa

Interaksi antara islam dengan bangsa-bangsa di eropa sepertinya telah terjadi sejak dari awal islam ‘diresmikan’ oleh Allah melalui Al Qur’an yang diwahyukan kepada Muhammad Saw (571 M – 632 M). Meskipun pada saat itu, banyak penolakan dan penentangan atas ilmu, ide, aturan, hukum, maupun segenap tata kelola kehidupan (wahyu) yang disampaikan oleh Muhammad Saw., baik itu dari kaumnya sendiri (Quraisy), pemuka agama dan kepercayaan lain, para pembesar dan juragan (sekarang : pejabat dan pengusaha konglomerasi), maupun dari pihak luar termasuk suku bangsa, kaum dan kerajaan-kerajaan yang berkuasa.   Mengenai interaksi islam dengan eropa, Mari kita mulai lihat siroh tentang perang Mu'tah (629 M). Disana  adalah perang pertama antara Islam dengan Imperium Romawi, catat Imperium Romawi. Perang ini terjadi di sebuah daerah di dekat Palestina (abaikan peta Palestina yang ada sekarang).   Untuk mengetahui detail prang mu’tah, silakan pelajari siroh nabawiyah ya.   Kembali ke Im